Selamat Datang

Laman

Selasa, 17 Mei 2011

Inilah Alasan Mengapa Aku Ingin Jadi Tentara


Dulu waktu aku masih kecil, aku suka menonton film perang terutama film yang bertemakan perjuangan tahun 45 melawan penjajah. Saat menonton film tersebut aku punya angan-angan kalau menjadi tentara. Di tanah air tentara masih dianggap pekerjaan yang terhormat dan menggiurkan terutama bagi melihat ke atas tidak melihat ke bawah ke prajurit yang masih susah.

Waktu aku usia 9 tahun aku suka menyanyikan lagu Mars ABRI yang populer di masa pemerintahan orde baru dan diputar setiap pagi. Tapi sekarang lagu itu entah lenyap kemana bagaikan ditelan bumi, setelah dipisahnya POLRI dari ABRI.

Saat aku kelas 4 SD Ayah dan Ibuku khawatir jika aku jadi tentara, karena aku akan jarang bertemu dengannnya. akhirnya Ayah dan Ibuku menyarankan aku untuk menjadi sebagai Bupati atau Gubernur. Lalu aku mempunyai angan-angan menjadi Bupati atau Gubernur menurutku itu dalah pekerjaan terhormat, tapi tanggung jawabnya besar terhadap orang banyak dan aku beralih ke yang lain. Kelas 5 SD Ayahku menyarankan aku untuk jadi dosen di Unversitas terkemuka, tapi aku mau. Kelas 6 SD aku ingin jadi seorang Pembalap MotoGP, karena aku suka nonton balap Moto GP, tapi aku sudah tidak mungkin karena aku tidak punya bakat. waktu SMP aku ingin jadi Seorang pemain Sepak bola walaupun Ayah dan Ibuku menyarankan aku untuk menjadi PNS atau Guru, tetapi aku tetap bersikeras untuk menjadi pemain sepak bola. Namun akhirnya aku tidak bisa karena sudah terlambat, karena aku hampir tidak pernah bermain sepak bola.

kelas 9 SMP aku ingin jadi seperti kedua Pamanku yang berkerja di Depok sebagai pembuat spanduk tapi aku tahu pekerjaan itu tidak ada pensiunnya. Lalu aku punya angan-angan menjadi seperti B.J. Habibie seorang teknokrat, karena beliau sangat pandai merancang pesawat terbang. Namun aku tidak punya bakat teknokrat karena aku malas menyaksikan saat orang sedang memperbaiki kendaraan bermotor.

Waktu aku kelas 10 SMA, aku ingin jadi seorang pengarang atau sastrawan. Tapi aku jarang menulis cerita pendek. Kemudian,aku beralih untuk menjadi Polisi, tapi Ayahku menginginkan aku menjadi Dokter dan Ibuku menginginkan aku menjadi kader pemerintah dan menyarankan aku untuk sekolah di IPDN. Akan tetapi, aku tetap ingin jadi Polisi biarpun kata Ayah dan Ibuku nanti bisa dibenci masyarakat. Kemudian di sekolah ada daftar nama siswa dan ada hobi, minat dan cita-cita. Saat aku memilih cita-cita aku kembali mempunyai angan-angan menjadi tentara. Tapi aku bingung memilih antara TNI dan POLRI. Setelah aku memikirkan beberapa saat akhirnya, aku kembali ingin jadi tentara biarpun Ayah dan Ibuku itu adalah pekerjaan yang sangat berbahaya, tapi aku tetap ingin jadi tentara. Dan akhirnya aku yang tadinya ingin jadi Polisi berpindah haluan ingin jadi Tentara. Sepulang sekolah aku meminta persetujuan dengan Ayah dan Ibuku. Setelah aku membicarakan hal tersebut, akhirnya Ibuku memperbolehkan aku jadi tentara dengan syarat harus rajin belajar, berolahraga, mejaga fisik dan tidak boleh malas-malasan. kemudian aku mencoba meminta persetujuan dengan Ayahku, tapi Ayahku tetap dengan keingnan sebelumnya yaitu menjadi Dokter, tapi aku membantahnya lebih memilih jadi tentara karena aku cinta, setia dan ingin membela negera Indonesia bukan uang. Dan jika aku harus memilih uang dan senjata, aku lebih memilih senjata. Cita-citaku ini sudah bulat dan tidak pernah beralih lagi ke yang lain. Dan akhirnya Ayahku menyetujuinya dengan syarat masuk IPA dan syarat lainnya sama dengan Ibuku. Dan akhirnya cita-cita yang aku pendam selama 6 tahun kembali aku angan-angankan. Dan inilah alasannya
1. karena aku tidak bisa bersikap halus dengan teman-temanku kadang aku memukul temannku.
2. aku lakukan demi negara bukan uang. Aku juga kalau diberi uang kadang menolaknya atau jarang meminta uang kepada Ayah atau Ibuku, aku jika diberi uang aku hanya merasa biasa saja, tidak senang tidak sedih.
3. aku suka dengan lagu-lagu yang bertemakan nasionalis dan perjuangan. sedangkan lagu yang bertemakan cinta hanya beberapa lagu saja yang aku sukai.
4.aku suka kedisiplinan. biasanya aku lakukan di PRAMUKA.
5.aku suka dengan jiwa korsa.
6.aku tidak suka dengan kelemahan.
7.Menurut orang sekarang sudah tidak jamannya lagi berperang. akan tetapi menurutku biarpun sudah tidak ada lagi perang seperti dulu, aku tetap menganggap perang takkan pernah berakhir perang fisik atau non fisik, bukan hanya perang melawan kebodohan dan kemiskinan, tetapi seharusnya kejahatan dan teroris juga harus dperangi.
8. aku suka dengan cerita perang-perang jaman dahulu.
9. aku mengidolakan tokoh-tokoh sejarah, tokoh militer dan politik seperti, Soekarno, Moh. Hatta, Bung Tomo, Moestopo, Panglima Besar Jenderal TNI Sudirman, Jendral Besar TNI A. H. Nasution, Jenderal Besar TNI Soeharto, Laksamana TNI Sudomo, Marsekal TNI Imam Sufaat, Jenderal SBY, Letjen TNI Sintong Panjaitan, dan Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso. selain itu aku lebih banyak mengidolakan tokoh olahraga, kalau dari dunia hiburan hanya beberapa saja.
10. aku paling tidak suka jika aku dianggap lemah.
itulah alasanku mengapa aku ingin jadi tentara. mungkin hanya waktu yang bisa menjawabnya. manusia berencana, Tuhan menentukan.

Rabu, 02 Februari 2011

Misteri Mokele Mbembe - makhluk misterius dari danau Tele



Ivan Sanderson dan rekannya Gerald Russel melihat air sungai mulai beriak dengan liar. Perahu mereka berguncang dengan keras. Dari dalam air yang gelap tidak jauh dari mereka, perlahan-lahan muncul sesosok makhluk berkepala seperti kadal dengan leher yang panjang, seakan-akan ia baru saja muncul dari masa lampau. Makhluk itu menatap Sanderson dan Russel dengan tatapan dingin selama beberapa detik, lalu menghilang kembali kedalam air. Sanderson bergidik, Itukah Mokele Mbembe yang legendaris itu ?






Lebih dari 200 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1776, seorang misionaris Perancis bernama Abbe Lievain Bonaventura menemukan sebuah jejak misterius di tanah. Jejak itu memiliki lingkar sepanjang kurang lebih satu meter dan memiliki tiga cakar. Masing-masing jejak berjarak sekitar dua meter. Apabila melihat besarnya lingkaran jejak tersebut, maka hewan ini dipastikan lebih besar dibanding seekor gajah. Tapi masalahnya satu, Gajah tidak memiliki cakar.

Itulah laporan pertama yang terdokumentasi mengenai makhluk legendaris Mokele Mbembe.

Makhluk misterius ini dipercaya hidup di danau Tele dan aliran sungai Likouala yang menuju danau Tele di wilayah Kongo, Afrika. Sama seperti saudaranya Nessie dari Skotlandia, Mokele Mbembe juga dipercaya sebagai makhluk prasejarah yang sanggup bertahan terhadap perubahan zaman.

Namanya yang unik berasal dari bahasa Lingala yang berarti "sesuatu yang menghentikan aliran sungai". Menurut para saksi mata, makhluk ini memiliki ciri-ciri tubuh sebesar gajah kecil atau badak besar, leher panjang, ekor panjang dan kepala yang kecil. Warnanya coklat bercampur abu-abu dan dipercaya sebagai herbivora. Beberapa saksi mata lainnya melaporkan melihat surai di belakang lehernya. Penduduk lokal juga mengatakan bahwa makhluk ini membuat takut hewan lainnya di sungai dan suka membalikkan perahu penduduk lokal yang sedang melintas.




Berita mengenai makhluk ini sampai ke dunia barat lewat para pedagang Inggris yang mampir ke Afrika. Mereka mendengar tentang makhluk ini dari penduduk lokal dan menyampaikannya dari mulut ke mulut hingga sampai ke telinga para penjelajah dan kolektor hewan langka dari dunia barat.

Peristiwa perjumpaan dengan makhluk ini yang menggemparkan terjadi pada tahun 1932. Ahli cryptozoology dari Inggris bernama Ivan Sanderson bersama rekannya Gerald Russel yang melakukan ekspedisi ke Kongo menemukan sekumpulan jejak besar seperti kuda nil. Namun wilayah tempat ia menemukan jejak tersebut tidak memiliki kuda nil, karena itu Sanderson beranggapan bahwa jejak itu pasti bukan milik kuda Nil. Penduduk lokal lalu memberitahu Sanderson bahwa jejak itu milik makhluk yang bernama "Mgbulu eM'bembe".

Kemudian, ketika Sanderson dan Russel sedang bersiap menuju sungai Mainyu, mereka mendengar suara raungan aneh yang mengerikan muncul dari sebuah gua dekat sungai.

"Itu adalah suara paling menakutkan yang pernah saya dengar. Bunyinya seperti sebuah gempa yang bersiap muncul dan meledak." Kata Sanderson.



Menyusul suara itu, Sanderson dan Russel melihat air sungai mulai beriak, lalu seekor makhluk berwarna gelap dengan kepala seperti kadal dan leher panjang muncul dari dalam air. Makhluk itu hanya memandangi Sanderson dan rekannya selama beberapa detik, Lalu menyelam kembali ke dalam sungai dan menghilang. Sanderson kemudian mengomentari pengalaman itu dengan kata-kata berikut :

"Kami tidak tahu apa yang kami lihat, namun makhluk itu seakan-akan membakar retina mataku. Makhluk itu terlihat seperti sesuatu yang seharusnya sudah mati jutaan tahun yang lalu. Sebagai ilmuwan, aku seharusnya senang, namun perjumpaan itu begitu mengerikan sehingga aku tidak ingin menjumpainya lagi."

Ekspedisi lain yang cukup menghebohkan terjadi pada tahun 1983. Saat itu Marcellin Agnagna, seorang Zoologist dari kebun binatang Brazzavilles memimpin ekspedisi ke danau Tele. Pada saat seorang rekannya sedang membersihkan lumpur yang melekat di badannya di pinggir danau Tele, makhluk itu muncul dari dalam air. Agnana mendengar teriakan rekannya dan segera berlari ke danau. Ia melihat makhluk itu bergerak kesana kemari di dalam air selama 20 menit. Ia memperkirakan makhluk itu memiliki panjang 5 meter. Warna depan tubuhnya coklat, sedangkan bagian belakangnya berwarna hitam mengkilat. Agnagna juga mendeskripsikan makhluk itu memiliki kepala seperti buaya, mirip dengan deskripsi Sanderson.

Tahun 1985, William Gibbons yang mengadakan ekspedisi ke danau Tele mendapatkan informasi bahwa pada tahun 1959, suku pigmi yang berdiam disekitar danau itu berhasil menangkap seekor makhluk raksasa tidak dikenal. Mereka memotong-motong makhluk itu dan memakannya. Menurut cerita, semua orang dari suku pigmi yang memakan makhluk itu meninggal dengan misterius tidak lama setelahnya. Namun menurut mereka, masih ada dua makhluk raksasa seperti itu yang masih hidup di danau Tele. Hal ini membuat Gibbons berkesimpulan bahwa ada sekelompok Mokele Mbembe di danau Tele. Argumen ini cukup masuk akal mengingat penampakan makhluk ini telah dimulai sejak 1776.

Tahun 1992, William Gibbons kembali ke danau Tele bersama penjelajah bernama Rory Nugent. Mereka menjelajah sungai Bai, danau Fouloukuo dan danau Tibeke yang tidak tercantum di peta. Rory Nugent mengaku melihat sesuatu yang berbentuk kepala muncul dari dalam danau. Tapi apakah itu kepala Mokele Mbembe atau bukan, tidak bisa dipastikan.




Pertanyaan mengenai identitas Mokele Mbembe telah mengganggu para peneliti selama lebih dari seratus tahun. Makhluk jenis apakah ini ? Beberapa peneliti menyatakan teori kalau penduduk lokal mungkin salah mengidentifikasi seekor gajah. Namun Roy Mackal, seorang ahli Cryptozoolgy ternama menolak teori salah identifikasi ini. Menurutnya, laporan penampakan datang dari berbagai saksi yang kredibel dengan berbagai latar belakang.

Menariknya adalah, pada tahun 1960-an, seorang herpetolog muda bernama James Powell yang tertarik dengan kisah ini mengadakan perjalanan ke Kongo. Di tempat itu, ia bertemu dengan seorang saksi mata yang pernah berjumpa dengan Mokele Mbembe. Powell lalu menunjukkan kepadanya beberapa gambar hewan-hewan besar. Ketika sampai kepada gambar Diplodocus, salah satu jenis Sauropoda, saksi itu mengenalinya sebagai Mokele Mbembe.

Walaupun hingga sekarang para ilmuwan belum berhasil menemukan bukti otentik keberadaan makhluk ini, namun pertanyaan penting yang harus diajukan kepada mereka yang meragukan keberadaan Mokele Mbembe adalah : Apakah suku pigmi dan penduduk lokal Kongo berkonspirasi untuk membuat sebuah hoax ? I don't think so !

Tapi seperti makhluk Cryptozoology lainnya, Mokele Mbembe akan terus dipandang skeptis oleh sebagian besar orang. Selama kita belum menangkap makhluk ini hidup atau mati, semua orang akan tetap beranggapan makhluk ini hanyalah sebuah mitos atau sebuah lelucon sama seperti makhluk-makhluk danau lainnya di seluruh dunia.

Sabtu, 29 Januari 2011

Ruben Bergabung dengan Timnas pada 8 Februari

Olahraga
Sabtu, 29 Januari 2011 13:59 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Deputi Bidang Teknis Badan Tim Nasional (BTN) Iman Arif mengatakan, pemain calon naturalisasi Ruben Wuarbanaran akan ke Indonesia 8 Februari mendatang setelah menjalani penyembuhan cidera di Belanda.

Pemain keturunan Indonesia-Belanda yang saat ini tercatat sebagai pemain klub FC Den Bosch Belanda itu telah dinyatakan lolos seleksi untuk memperkuat timnas Merah Putih pada pertandingan Pra-Olimpiade 2012.

"Dia telah menyatakan kesediaannya untuk kembali ke Indonesia untuk memperkuat timnas. Saat ini tinggal menunggu proses naturalisasinya," kata Arif di sela-sela latihan timnas di Lapangan PSSI, Senayan, Jakarta, Sabtu (29/1).

Menurut dia, proses naturalisasi pemain dengan posisi gelandang itu masih berjalan. Semua berkas yang dibutuhkan dalam proses itu saat ini sudah masuk ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Hanya saja, kata Arif, pihaknya belum mengetahui dengan pasti kapan proses naturalisasi Ruben Wuarbanaran selesai. Yang jelas proses naturalisasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Pria kelahiran Wijhe, 15 Agustus 1990, merupakan satu-satu pemain asing yang telah dinyatakan layak memperkuat timnas oleh pelatih Alfred Riedl meski yang mengikuti seleksi lebih dari lima pemain keturunan.

Selama menjalani seleksi, pemain berusia 21 tahun ini telah menunjukkan kemampuan terbaiknya sehingga masuk 26 pemain yang dipanggil untuk menjalani pelatnas. Hanya saja, karena mengalami cidera Ruben harus pulang ke Belanda lebih cepat.(Ant/DOR)